Hima Persis bagi Jamiyyah Persatuan Islam

Hima Persis bagi Jamiyyah Persatuan Islam
Oleh: Muhammad Andi Purbaya


Tampilnya Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) dalam sejarah pergerakan mahasiswa telah memberikan corak dan warna baru bagi jamiyyah dan umat. Hima Persis berdiri sebagai wadah yang menampung para intelektual muda Persatuan Islam (Persis) yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta kedepannya sebagai generasi yang mampu melanjutkan estafeta perjuangan Persis dengan menjawab berbagai tantangan zaman.

Sebagai organisasi kemahasiswaan, Hima Persis yang lahir pada 24 Maret 1996 bertepatan pada 4 Dzulqodah 1416 H di Cianjur bukan untuk menambah organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah ada, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan lainnya, akan tetapi mengoptimalkan dakwah dan gerakan Persis yang identik sebagai pembaharu (tajdid) di tengah-tengah masyarakat yang mengalami kejumudan (kemandegan berfikir) serta lebih mementingkan egoisme induvidu dari pada kepentingan umum.

Sebagai intelektual muda Persis, cecara umum Perjuangan Hima Persis berlandaskan pada: a. Al-Quran dan As-Sunnah b. Qaidah Asasi dan Qaidah Dakhili Hima Persis c. Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) yang bertujuan membentuk mahasiswa yang ilmiah dalam pemikiran, progressif dalam gerakan dan revolusioner dalam perubahan.

Khaerudin Amin (ketum PP. Hima 2002-2003) sebagai pencetus tujuan gerakan Hima Persis menafsirkan Ilmiah, menekankan kekuatan intelektualitas yang meletakkan fondasi pemikiran berbasis realitas dan objektifitas secara ilmu, sebagai kelompok intelektual yang mampu menampilkan rasionalisasi Al-Quran dan Quranisasi rasio. Progresif, kritik-progres yang menjadi ciri Ulul Albab, Hima Persis mesti tampil dalam upaya mengkritisi setiap isu, wacana, paham, hingga kebijakan. Revolusioner, bermakna revolusioner-damai, perubahan itu harus total dan penuh keberanian dan diarahkan pada aspek pemikiran maupun gerakan.

Dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, sekiranya sebagai intelektual muda Persis saat ini, harus mempunyai kesadaran untuk literasi; membaca, menulis, diskusi dan pergerakan. Karena melalui kebiasaan inilah terbukanya jendela pengetahuan dan gagasan yang kemudian diimplementasikan dengan bentuk gerakan yang sesuai kebutuhan umat (amal maruf nahi mungkar). Wallahualam bis showab

Komentar

Postingan Populer