Oleh:
Muhammad Andi Purbaya
(Bidang
Partisipasi Pembangunan Daerah HmI Cabang Bandung 2021-2022)
Baru-baru
ini, di tengah perayaan Idul Fitri yang dirayakan oleh jutaan umat Muslim di
berbagai belahan dunia, Palestina yang merupakan Negara sahabat pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia,
justru mendapatkan serangan dari kebiadaban dan kerakusan kolonialis Israel. Laporan
dari Kompas.com (15/05/2021), menyebutkan Operasi Pertahanan Israel atau dikenal
dengan Israel Defence Forces (IDF), mengakibatkan 119 orang meninggal dunia, termasuk 31 anak
dan 19 perempuan dari Palestina.
Sebelumnya,
sejak pertempuran yang dimulai pada Senin dini hari, melalui Kementrian
Kesehatan Gaza, 53 orang terbunuh, termasuk 14 anak-anak dan 300 orang terluka,
akibat serangan yang digencarkan Israel. Merdeka.com (13/05/2021)
Konflik berkepanjangan
yang terus berlangsung antara Israel dan Palestina dari awal abad ke-19, tidak
sedikit yang kemudian menilai bahwa peran dari PBB tidak efektif dalam
menyelesaikan konflik yang sedang terjadi di Palestina. Ini dikarenakan peran
Amerika yang sangat berpengaruh di PBB berada di pihak Israel.
Hal ini
sangat tergambarkan saat Resolusi Dewan Keamanan PBB dari usulan Indonesia soal
Palestina terancam oleh hak veto Amerika. Palestian juga
batal untuk melanjutkan permintaan mereka agar Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar jajak pendapat untuk menolak proposal perdamaian
dengan Israel yang
merupakan gagasan Presiden AS, Donald Trump, yang dinilai sangat bias
serta mengklaim bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Israel yang tidak dapat
terbagi. Sedangkan Palestina akan diberikan hak untuk mengelola Yerusalem Timur
sebagai ibu kotanya jika kelak sudah berbentuk Negara, dan memberikan lampu
hijau bagi Israel untuk mencaplok beberapa wilayah tepi barat yang selama ini
bagian dari Palestina. CNN Indonesia (11/02/2021)
Melihat
kondisi dan sepak terjang PBB yang bertujuan dalam memelihara perdamaian dunia
sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Piagam PBB, Andrew Heywood dalam
bukunya, yang berjudul, Politik Global, mencoba menguraikan dua hal
penting tentang PBB, yaitu tentang tantangan dan reformasi. Pertama, tantangan
PBB setelah berakhirnya perang dingin. Secara pengaruh, PBB merupakan sebuah
pemerintahan global. Berdasarkan piagam yang telah disepakati, PBB dapat
melakukan aksi, secara teori, dalam bidang yang tidak terbatas dan aktif dalam
berbagai bidang, seperti lingkungan, perlindungan pengungsi, bantuan untuk
bencana, kontra terorisme, HAM, ekonomi dan lainnya.
Namun,
peran utamanya lebih cenderung pada pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional,
yang dilaksanakan melalui Dewan Keamanan untuk mengeluarkan resolusi-resolusi
mengikat dan kemampuan untuk menjatuhkan sanksi militer ataupun non militer
saat terjadinya sebuah pelanggaran.
Selama
perang dingin, PBB sering dibuat lumpuh oleh persaingan Negara adikuasa yang
mengakibatkan deadlock di Dewan Keamanan, sebagai sebuah konsekuensi
dari penggunaan hak veto yang dimiliki oleh anggota tetap. Kesulitannya
lainnya, PBB tidak bisa membangun angkatan bersenjata sendiri, sehingga
mengandalkan pasukan bersenjata dari Negara-negara anggota.
Setelah
perang dingin berlalu, timbul optimisme baru PBB dalam memimpin tatan baru
dunia. Pada tahun 1991, PBB menyetujui pengiriman pasukan yang dipimpin oleh AS
untuk mengusir Irak dari Kuwait dalam perang Teluk. Dan hanya dalam beberapa
tahun, operasi PBB dalam pemeliharaan perdamaian meningkat dua kali lipat dan
anggaran untuk operasi tersebut meningkat empat kali lipat.
Namun,
peran PBB paca perang dunia harus terancam kembali, terutama karena menurunnya
dari Negara-negara, dari ketegangan yang terjadi antara Timur dan Barat, untuk
menerima intervensi multilateral yang netral dan berkurangnya dukungan
finansial maupun militer dari AS.
Kedua, tentang pentingnya reformasi Dewan Keamanan PBB.
Reformasi diperlukan untuk melahirkan sebuah tatanan baru, yang mampu bergerak
dengan baik untuk menyelesaikan konflik
atau perang kemanusiaan yang berlangsung. Lebih jauhnya demi terciptanya
keadilan global.
Menurutnya,
seruan untuk reformasi Dewan Keamanan berfokus pada dua hal penting yang saling
mempunyai keterkaitan, yaitu hak veto dari P-5 (Amerika, Rusia, Cina, Inggris,
dan Perancis) dan identitas yang mereka miliki. Keanggotaan tetap dan hak memveto
tiap keuputusan-keputusan Dewan, menandakan bahwa PBB didominasi, dalam bidang
perdamaian dan keamanan, oleh kekuataan-kekuatan politik yang besar. Kebulatan
suara dari P-5 sangat mampu melumpuhkan PBB sebagai landasan bagi keamanan
kolektif. Persyarakat kebulatan suara yang dimiliki oleh P-5, dianggap oleh
sebagian besar kalangan sudah tidak relevan, yang mencerminkan
kekuatan-kekuatan besar setelah tahun 1945.
Lanjutnya,
jika Dewan Kemanan harus memiliki anggota tetap, tidak banyak yang mengingkari
kapasitas, khususnya kemampuan nuklir dari 3 negara adidaya, yaitu AS, China,
ataupun Rusia. Sedangkan Prancis dan Inggris sudah tidak dikategorikan sebagai
Negara yang masuk dalam peringkat atas. Disini juga timbul pertanyaan besar,
tidak masuknya Jerman dan Jepang, melihat pada kekuatan ekonomi kedua Negara
tersebut, dan yang mutakhir, lahirnya kekuatan-kekuatan besar baru seperti
India, Brazil, Mesir, Nigeria, dan Afrika Selatan, yang seharusnya bisa menjadi
anggota tetap.
Selain mempertimbangkan aspek kekuataan yang dimiliki. Andrew Heywood berpendapat bahwa keanggotaan tetap yang ada dalam tubuh PBB, sangat jelas mencerminkan ketidakseimbangan regional, karena tidak berdasarkan wilayah, seperti tidak ada keterwakilan dari Afrika dan Amerika Latin sebagai anggota tetap.
Dewan Keamanan yang lebih representatif dan up to date akan memiliki pengaruh dan dukungan yang lebih luas, dan menjadikan PBB sebagai pembuat perdamaian dan penjaga perdamaian yang berjalan lebih efektif.
Dari
pemaparan diatas, kita bisa melihat bagaimana dengan adanya hak veto menjadi
senjata politik Negara dalam mempengaruhi pengambilan keputusan di PBB. Maka
dari itu perlunya reformasi PBB yang adil dan representatif untuk menjaga
perdamaian global dengan baik, juga mampu menyelesaikan permasalahan Palestina
dan Israel yang hari ini masih berlangsung.
Makasih bang andi untuk tulisannya🙏 kerenn👍
BalasHapus